Terrik Matahari
(For the
ordinary moment : 18-05-2010)
Aku menyodorkan
sebuah buku sambil menyelipkan hatiku, dengan lentik jari dan tangan yang halus
kau menerimanya; “terimakasih”, kata yang kau ucapkan namun terdengar merdu
bagai alunan “no surprises” yang dilantunkan Regina Spektor, namun lebih merdu
tentunya. “no alarm and no surprises……”.
Dalam riak kopi
hitam yang teraduk, aku pun hanyut. Dalam kepulan tebal asap keretek, aku pun
menguap. Menikmati setiap seruput dan menghayati setiap hisapan. Demikian aku
jatuh terlalu dalam.
Kerinduan yang
keterlaluan selalu datang menamparku, menguras seluruh energi untuk selalu
memikirkanmu. Lantas harapan malu-malu mengintip keluar, menempatkanku dalam
sebuah labirin yang menyesatkan, namun penuh kesenangan. Sungguh, aku menikmati
setiap detik kemelut itu.
Sampai saat
kaupun mengembalikan buku yang kupinjamkan, aku memeriksa helai demi helai
lembarannya; “dimana kau selipkan hatimu?” dengan penasaran dan cemas aku terus
mencari. Dan ketika halaman akhir daftarpustaka terbuka, aku akhirnya menemukan
kekecewaan, hal yang telah kusangka sejak awal.
Lantas dalam
senyum yang kau berikan, aku perlahan mendengarkan lantunan “sound of silence”
yang dinyayikan Emiliana Torrini namun kali ini dengan penuh pedih dan sedih. “hello
darknes my old friend I’ll come to talk with you again…..”
Sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?v=S_NXhlC4LG0
Terrik Matahari ( For the ordinary moment : 18-05-2010 ) Aku menyodorkan sebuah buku sambil menyelipkan hatiku, dengan lentik j...