Kerja; Bentuk Modern Dari Perbudakan
Pekerjaan adalah identitas manusia hari ini yang akhirnya menjadi tolak ukur manusia untuk diperhitungkan sebagai manusia atau tidak. Dalam masyarakat idustri, partisipasi manusia dalam kerja kemudian dianggap sebagai status sosial yang sakral dan tak terbantahkan. Ketika manusia melakoni peran pekerja di mana seluruh aktivitas hariannya dijalankan demi berputarnya roda industri, secara langsung manusiapun menjadi komoditas yang tak terlepas dari hubungan produksi dan distribusi. Relasi antara manusia pun dibatasi pada hubungan kerja dan profit, di mana hal ini mendorong manusia pada keterasingan yang dalam, sehingga alienasi adalah hal yang tak bisa dihindari dari logika kehidupan masyarakat industri hari ini. Suatu kondisi yang secara nyata menempatkan manusia ke dalam sebuah totalitas pasar di mana kehidupan harian di luar jam kerja pun menjadi bagian dari kerja itu sendiri, hal yang kemudian di sebut sebagai manukfakturisasi kehidupan harian. Kerja hari ini bukan berarti pemenuhan terhadap kebutuhan individu (baik hasrat dan kebutuhan nyata-primer). Kerja menjadi semata-mata aktivitas produksi. Seperti yang dikatakan Bob Black, kerja merupakan produksi yang didorong oleh tujuan-tujuan ekonomi ataupun politik, Kerja tidak pernah dilakukan demi kerja itu sendiri (dengan kata lain demi kesenangan saat melakukannya), tetapi demi produk yang dihasilkannya ataupun hasil berupa gaji yang diperoleh oleh si pekerja atau laba bagi si pemilik modal. Demikianlah bahwa kerja hari ini memproduksi sebuah mekanisasi kehidupan yang monoton.
Kerja hari ini adalah tentang sebuah proses produksi serta peraupan profit dan pemupukan kapital. Kerja bukanlah sebuah hubungan mutualisme antara pekerja dan pemilik modal, sejak kerja menjadi sebuah kewajiban yang tentu saja “tidak menyenangkan”, di mana dalam hal ini, pekerja harus dibebankan dengan kuota produksi dan efisiensi waktu, sementara para “bos” yang tidak turut campur dalam usaha produksi, memiliki kesempatan yang lebih dari pada para pekerja. Para bos atau atasan (apapun sebutannya, baik direktur ataupun kepala dinas) tidak lebih dari sekedar parasit patologis yang sebanarnya juga bekerja yaitu: menghisap para pekerja dan melayani sistem. Belum lagi jika dilihat dalam analisis Marx tentang surplus value, yang secara nyata menguntungkan pihak pemilik pemodal dan disisi lain merugikan pekerja. Dalam situasi yang paling ekstrim, kerja adalah sebuah bentuk perbudakan, yang di dalamnya terdapat pemerasan dan kekerasan. Sebuah kedisiplinan yang tercipta dari dunia kerja hari ini adalah wujud paling modern dari kontrol, di mana pekerja dikendalikan lewat tata-tertib dan etika kerja yang bukan dibuat oleh kesepakatan bersama para pekerja namun oleh direktur dan staf ahli. Etos kerja menjadi sebuah injil suci yang harus dipegang oleh seluruh pekerja, yang pada kenyataanya hanyalah sebuah kebohongan manipulatif dari para bos tengik.
Langkah selanjutnya, adalah menghancurkan kapitalisme dan Negara serta instrument-instrumenya sekaligus, sebagai penulis kamus besar yang berisi definisi-definisi dominan hari ini. Sebagai sutradara sekaligus aktor utama sebuah sinetron yang norak, di mana kita dipaksa menjadi aktor-aktor pembantu, melakonkan skirp yang pada akhirnya membuat kita tak mengenali diri kita sendiri. Sebagai perancang permainan yang membosankan yang mana setiap orang dipaksa bermain dengan harus mematuhi segala macam aturan memuakkan demi sebuah “gol” yang membawa kemenangan semu. Bagai mana melakukannya? Kau kembali bertanya… Pertama-tama, definikan dirimu sendiri. Kedua, rebut alat produksimu!!!
0 comments